Kurma
Kurma merupakan salah satu buah yang diimpor Indonesia. Berdasarkan informasi dari FAO, negara yang ada pada wilayah Timur Tengah seperti Mesir dan Arab saudi merupakan negara produsen kurma terbesar. Untuk tiba di Indonesia, kurma melewati proses yang panjang demi menjamin kualitasnya.
Yuk kita ikuti sekilas perjalanan panjang kurma hingga sampai ke rumah SobaTani.
Setelah dipanen di negara asal, sebelum dikirim ke negara tujuan ekspor, kurma akan diperiksa kualitasnya. Salah satunya yaitu residu pestisida yang ada pada buah kurma dipastikan tidak melebihi BMR yang ditetapkan. Pada website Codex, salah satu pestisida yang diatur yaitu Hexythiazox yang merupakan pestisida yang digunakan untuk mengendalikan tungau pada fase telur atau fase awal perkembangannya. Residu pestisida Hexythiazox dibatasi maksimal yang terkandung pada kurma sebesar 2 mg/kg.
Setelah lolos pemeriksaan negara asal, kurma akan menikmati perjalanannya yang jauh melewati samudera hingga tiba dengan selamat di Indonesia. Sampai di Indonesia, kurma kemudian diperiksa kembali untuk memastikan selama proses pengirimannya tidak ada kontaminasi yang menurunkan kualitas kurma tersebut.
Pihak pemerintah akan memeriksa beberapa sampel untuk dicek kembali, salah satunya yaitu kadar residu pestisida pada kurma betul betul di bawah BMR. Pada SNI 7313:2008, ada beberapa bahan aktif yang diatur BMR-nya seperti metil pirimifos yang biasa digunakan dalam pengendalian hama gudang. Setelah dinyatakan lolos pemeriksaan, barulah kurma akan didistribusikan dan bisa sampai dengan selamat ke tangan SobaTani.